Pages

Friday, November 28, 2014

Mengupas Tentang Usus Buntu

Oleh: dr. Adithia Kwee
Klikdokter.com - Usus buntu (umbai cacing) adalah sebuah organ yang bentuknya menyerupai cacing, dan merupakan perpanjangan dari sekum (bagian dari usus besar). Panjang dari usus buntu biasanya sekitar 8-10 cm namun dapat bervariasi dari 2 hingga 20 cm.
Apendisitis (radang usus buntu) merupakan sebuah prosses peradangan yang terjadi pada lapisan dalam dari apendiks (usus buntu), yang menyebar hingga ke area disekitarnya. Peradangan pada daerah ini menyebabkan rasa nyeri yang luar biasa dan dapat menyebabkan kematian jika terlambat mencari pertolongan.
Beberapa mitos yang sering terdengar mengenai apendisitis misalnya:


  1. MITOS: Makan jambu biji, atau cabai dapat menyebabkan terjadinya radang usus buntu.
FAKTA: SALAH.
Seorang rekan spesialis bedah yang sudah lebih dari sering melakukan apendectomi (operasi pengangkatan usus buntu) tidak pernah menemukan sebutir biji jambu maupun biji cabai. 


  1. MITOS: Lari setelah makan menyebabkan usus buntu.
FAKTA: SALAH.
Sama sekali tidak ada hubungannya. Sebenarnya, secara medis radang usus buntu ini terjadi karena adanya sumbatan pada lumen usus. Penyumbatan ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan didalam lumen usus, sumbatan ini yang menyebabkan sekresi cairan usus menumpuk dan dimanfaatkan oleh bakteri-bakteri dalam usus yang bertumbuh subur. Bakteri ini mengaktifasi pertahanan tubuh melalui sel darah putih, maka terbentuklah pus (nanah) yang  membuat tekanan didalam usus semakin tinggi.

  1. MITOS: Usus buntu adalah salah satu organ yang tidak memiliki fungsi
FAKTA: SALAH.
Prof, Loren G. Martin dari Oklahoma State University, berpendapat bahwa usus buntu memiliki dwifungsi pada manusia, yakni:
·         Ketika manusia berupa janin di kandungan ibu
Pada usia janin 11 minggu, apendiks mengambil peran penting dalam proses mekanisme kontrol biologis. Dimana apendiks mengambil kendali dalam proses ketahanan atau mekanisme pengaturan lingkungan keseimbangan yang dinamis secara konsisten. Dimana Martin dalam penelitiannya berhasil membuktikan bahwa ditemukan sel endokrin pada janin yang berusia 11 minggu.
  ·         Ketika manusia berusia dewasa
Sementara pada tubuh manusia berusia dewasa, apendiks memiliki fungsi sebagai organ limfatik. Dalam penelitiannya pula Martin menemukan bahwa apendiks memiliki kandungan sel limfoid yang mengindikasikan kuatnya kemungkinan apendiks mengambil peran dalam mekanisme sistem imun manusia.
Setelah mengetahui penyebab dari penyakit berbahaya ini, tentunya sekarang pikiran kita jadi semakin terbuka bukan? Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai topik ini, silakan ajukan pertanyaan Anda di fitur Tanya Dokter Klikdokter.com di laman website kami.[](AK)

Just collecting notes and sharing.. Please let me know if there are wrong statements in this article or a copy-paste one.


http://id.she.yahoo.com/fakta-mitos-usus-buntu-100849447.html

Thursday, January 23, 2014

A Brief Description about JSP, Servlet and JSF

Java Server Pages (JSP)

JSP is a Java view technology running on the server machine which allows you to write template text in (the client side languages like HTML, CSS, JavaScript and so on). JSP supports the so-called taglibs which are backed by pieces of Java code with which you can control the page flow and/or output dynamically (programmatically). A well known taglib is JSTL. JSP also supports Expression Language which can be used to access backend data (actually, the attributes which are available in page, request, session and application scopes), mostly in combination with taglibs.

When a JSP is requested for the first time or when the webapp starts up, the servlet container will compile it into a class extending HttpServlet and use it during the webapp's lifetime. You can find the generated source code in the server's work directory. In for example Tomcat, it's the /work directory. On a JSP request, the servletcontainer will execute the compiled JSP class and send the generated output (usually just HTML/CSS/JS) through the webserver over network to the client side which in turn displays it in the webbrowser.

Servlets

Servlet is an Java application programming interface (API) running on the server machine which can intercept on the requests made by the client and can generate/send a response accordingly. A well known example is the HttpServlet which provides methods to hook on HTTP requests using the popular HTTP methods such as GET and POST. You can configure HttpServlets to listen on a certain HTTP URL pattern, which is configureable in web.xml, or more recently with Java EE 6, with @WebServlet annotation.

When a Servlet is requested for the first time or when the webapp starts up, the servlet container will create an instance of it and keep it in memory during webapp's lifetime. The same instance will be reused for every incoming request whose URL matches the servlet's URL pattern. You can access the request data by HttpServletRequest and handle the response by HttpServletResponse. Both objects are available as method arguments inside any of the overridden methods of HttpServlet, such as doGet() and doPost().

JSF (JavaServer Faces)

JSF is a component based MVC framework which is built on top of the Servlet API and provides components in flavor of taglibs which can be used in JSP or any other Java based view technology such as Facelets. Facelets is much more suited to JSF than JSP. It namely provides great templating capabilities such as composite components, while JSP basically only offers the for templating, so that you're forced to create custom components with raw Java code (which is a bit opaque and a lot of tedious work in JSF) when you want to replace a repeated group of components by a single component. If you can, I recommend to drop JSP and go for Facelets when you want to develop with JSF.

As being a MVC (Model-View-Controller) framework, JSF provides the FacesServlet as the sole request-response Controller. It takes all the standard and tedious HTTP request/response work from your hands, such as gathering user input, validating/converting them, putting them in model objects, invoking actions and rendering the response. This way you end up with basically a JSP or Facelets (XHTML) page for View and a Javabean class as Model. The JSF components are been used to bind the view with the model (such as your ASP.NET web control does) and the FacesServlet uses the JSF component tree to do all the work.

Just collecting notes and sharing..
Source : stackoverflow.com posted by BalusC